Tittle : Niagara’s Rainbow
Author : RLight_Kira Raysen (it's me!!)
Genre : General
Rated : T
Fandom : SHINee
Chapter : Oneshoot
Pagi yang begitu mendung. Matahari tak ada di atas. Berselimut awan hitam tebal. Mengerti bahwa awan ingin menangis di atas bumi. Angin yang begitu dingin hingga dapat menusuk tulang para manusia. Tanpa adanya kehangatan di setiap sisi-sisinya. Percaya akan janji itu sebagai bentuk kesempurnaan yang akan datang di akhir kegagalan ini. Bentuk rasa syukur akan terciptanya untuk diri mu. Dia pun harus percaya, pasti akan ada kebahagian, kesempurnaan, keberhasilan di balik awan hitam itu walaupun begitu rintangan yang begitu banyak. Karena disanalah tempat kecerian itu berada.
“Aaaaa,, pagi semua!! Cuaca diluar dingin.” sapa seorang laki-laki muda.
“Pagi. Ano, dirimu sudah absen?” tanya laki-laki yang sedikit mangantuk dengan melambaikan tangannya itu.
“Itu.. hm,, belum. Hahaha.” canda laki-laki muda itu.
Laki-laki itu pun berjalan sambil kegirangan menuju tempat absen yang berada di dekat pintu. Dengan teknologi yang begitu canggih, tempat absen itu hanya membutuhkan sidik jari dari muridnya. Setelah berabsen laki-laki muda kembali ke tempat berkumpulnya teman-temannya tadi. “Brak”. Laki-laki itu terjatuh karena tersandung seorang pemuda yang baru memasuki kelas.
“Ah, maaf Taemin. Aku tidak melihatmu!” kata pemuda itu.
“Heheh, tidak apa.” tawa Taemin yang jidatnya sedikit benjol.
Saat beranjak dari jatuhnya tadi, pintu kelas itu pun terbuka. Seorang laki-laki berdiri di depan pintu itu dengan melihat Taemin yang hendak beranjak dari jatuhnya terdiam sejenak. Seisi kelas pun terdiam dan tak berkutik sedikit pun dengan kedatangan laki-laki itu. Dengan tanpa berpikir panjang, laki-laki itu mengulurkan tangannya yang bermaksud untuk menolong Taemin yang baru saja terjatuh. Dan kelas pun kembali ramai.
“Kau itu ceroboh setiap detik, menit, jam, dan seterusnya.” komentar laki-laki itu.
“Hahaha. Aku tidak melihat ada anak masuk kelas. Jadi aku tertabrak olehnya.” cengir Taemin.
Mereka pun berjalan menuju tempat bangku mereka yang di buat kumpul oleh teman-temannya tadi. Taemin hanya cengar cengir dengan apa yang dilakukan oleh temannya tadi. Laki-laki itu tidak menghiraukan si Taemin, karena dia sudah tahu watak aneh dari Taemin. Dia pun pernah berpikir kalau Taemin mempunyai penyakit gila yang sudah diidapnya sejak kecil.
“Hei Minho!” sapa seorang perempuan yang hendak keluar kelas.
Ya, laki-laki tadi yang bisa membuat kelas itu terdiam adalah Minho. Minho pun hanya membalas sapaan tadi dengan kata “Oh ya, pagi!”
Pppllaaakkk~~
Suara pukulan buku itu begitu keras sampai seorang yang di pukul pun berkata.
“Aduh, Jonghyun. Sakit tahu! Kau mau aku melakukan itu untukmu?” kata Taemin dengan nada marah.
“Tidak. Kau itu cerabohnya kelewatan. Terlalu sering aku melihatmu terjatuh seperti itu.” balas Jonghyun dengan rasa sedikit mangantuk.
“Aku yang jatuh kenapa kamu yang marah? Orang yang menabrakku dan aku saja tidak pernah marah-marah.” kata balas dari Taemin.
“Karena si Jonghyun ingin melihat mu jatuh dari atas gedung sampai bawah gedung. Hahaha.” potong seorang laki-laki yang berparas ceria.
“Hah? Benarkah itu Jonghyun? Akan kucoba lain waktu.” kata Taemin canda.
“Bukan aku yang bilang, tapi si Key yang bilangkan?.” balas Jonghyun dengan nada keras.
“Hei! Aku kan cuman menambahkan saja. Jadi biasa saja dong” kata Key dengan kipas-kipas.
Tak lama guru pun memasuki kelas. Semua murid langsung mengeluarkan buku untuk mata pelajaran itu. Membaca, menulis, memperhatikan, mengerjakan, maju untuk menjawab itu yang dikerjaan murid-murid pada kelas itu. Suasana tampak hening walaupun ada sedikit humor d sela-selanya.
Ttteeennnggg!!!
Waktu istirahat. Waktu yang menunjuk semua mata pelajaran pada saat itu harus berhenti. Semua murid di kelas keluar satu per satu untuk meninggalkan kelas. Pergi mencari angin, melihat burung ataupun pergi ke kantin, itulah yang dilakukan sebagian besar murid sekolah.
“Amigo!!” teriak seorang laki-laki dari kejauhan dengan membawa selembar kertas.
“Bisakah dirimu tidak mangatakan amigo? Aku tidak mengerti bahasa spanyol.” komentar Taemin dengan meneguk air jeruknya.
“Kau tahu itu bahasa spanyol, tapi tidak tahu arti. Memang gila. Lupakan.” balas laki-laki itu.
“Ada apa Onew? Kau membawa selembar kertas itu?” tanya Minho.
“Ini, ini, ini. Ada lomba basket kau mau ikut?” tawar Onew kegirangan.
Semua terdiam berfikir atas tawaran Onew terhadap kertas itu. Jonghyun hanya bersantai tak menghiraukan dan lalu berkata.
“Kau menawariku? Aku tidak ikut.” kata Jonghyun dengan menyuap sandwichnnya.
“Aku tidak menawarimu. Aku menawarkannya kepada Minho. Bagaimana Minho?” tanya Onew dengan penuh harapan Minho akan mau ikut.
“Bagaimana ya? Aku tidak tahu bisa atau tidak. Kau tahu saingannya dengan siapakan. Aku takut bila aku gagal lagi.” jawab Minho lemas karena ingat dahulu.
“Ah Minho. Kegagalan adalah awal keberhasilan. Kau tahu itu kan? Aku percaya kau pasti bisa. Lalu untuk apa kau ikut latihan basket sore hari? Dan juga kau baru gagal satu kali, buka untuk ke seribu kalinya.” komentar Taemin.
“Aku fikirkan dulu.” kata Minho.
“Pertandingan masih untuk 2 bulan lagi. Tapi pendaftaran yang penting. Ada seleksi sebelumnya.” tambah Onew.
Minho hanya menghela nafas kecil. Berdoa akan ada keajaiban menimpa dirinya untuk berani mendaftarkan diri. Melihat keatas langit dengan tertidur diatas selembar karpet tipis yang dibawa Key. Dengan mata terpejam untuk merasakan hembusan angin kecil dan desisan daun-daun dari pepohonan yang menyatu. Kicauan burung yang sedang bersendau gurau dan tetesan embun yang masih ada karena udara yang dingin.
“Hoe Minho, nanti tidak latihan!” kata seorang laki-laki yang menghampirinya di koridor atas.
“Kenapa? Bukannya kita harus siap-siap untuk pertandingan yang akan datang?” tanya Minho.
“Ketua bilang begitu kepadaku. Memang kamu mendaftarkan diri?” tanyanya penuh tanda tanya.
“Aku memang belum daftar. Tapi setidaknya yang mendaftar harus di training dulukan?” jawab Minho dengan merapikan seragamnya.
“Aku tidak tahu. Yang jelas untuk hari ini latihan libur. Sampai jumpa.” kata laki-laki itu dengan lari meninggalkan koridor.
Minho pun berjalan menelusuri koridor itu. Tampak sepi sana sini karena jam sudah menunjukkan dimana para siswa sudah diperbolehkan pulang. Minho masih menetap di sekolahnya. Seperti biasanya, mungkin bukan biasa lagi namun setiap harinya. Minho menghabiskan waktunya di perpustakaan dengan teman-temannya. Bercanda, mengerjakan tugas, membaca, berdiskusi yah itulah yang dilakukan Minho dan teman-temannya itu.
Memang apabila Minho tidak berlatih, dia selalu pergi ke perpustakaan sekolahnya itu. Walaupun dia ada latihan, dia pun masih pergi ke perpustakaan. Entah kenapa dia mulai suka pergi ke perpustakaan saat dia beranjak memasuki kelas 1 SMA.
Saat itu perpustakaan sedikit tampak ramai oleh kelas 2-1. Tak menjadi hal yang kaget apabila pada hari itu ada kelas 2-1. Memang setiap hari Selasa kelas 2-1 pergi ke perpustakaan untuk belajar sastra.
Dan Minho pun berjalan menuju diantara rak-rak buku. Mencari buku satu per satu sampai menemukan yang dicarinya. Dilihatnya judul buku dari samping. Dia menemukan buku itu yang berjudul “heart shine”. Minho pun berpikir apa arti dari buku itu. Dia pun membalikkan badannya dari hadapan rak buku. “Brak”. Minho pun tak sengaja menendang tangga kecil yang ada disebelahnya. Seseorang perempuan yang diatas tangga itu pun terjatuh dan jatuh kedalam pelukan Minho.
“Aduh maaf.” kata perempuan itu dengan melepaskan dirinya dari pelukan Minho.
“Tidak. Aku yang harusnya minta maaf.” jawab Minho
“Tidak. Lupakan. Ah, sepertinya aku pernah melihatmu?” balas perempuan itu dengan menatap Minho.
“Ya, aku Minho dari kelas 2-4. Kau siapa?” tanya Minho.
“Aku Kim Ra Young. Tapi teman-teman memanggilku Rara. Salam kenal.” jawabnya sambil membungkukkan badan.
“Kau berlogatkan orang Jepang. Apa betul?” tanya Minho dengan mengambil bukunya yang terjatuh.
“Iya. Namaku sebenarnya Sachiko Yoshizawa. Aku di negara ini baru 5 tahun.” jelas Rara.
“Oh. Salam kenal.” jawab Minho.
Perempuan itu pun kembali menaiki tangga kecil itu untuk mengambil bukunya. Minho pun meninggalkan perempuan itu. Saat perempuan itu hendak turun dari tangga, teman Rara berlari kecil menghampirinya dengan senyum bangga.
“Kau! Kejatuhan durian runtuh ya? Bisa-bisanya kau dipeluk Minho.” canda teman Rara.
“Minho? Kenapa? Siapa dia?” tanya Rara kebingungan dengan membaca bukunya.
“Kau tidak kenal dia? Dia cowok yang sering dibicarakan oleh cewek-cewek sini. Cowok paling cool, pintar, ganteng, tinggi pula. Jarang ada yang berani mendekati dia.” jelas temannya.
“Kenapa? Dia suka makan orang?” kata Rara iseng.
“Makan orang? Kau bercanda. Tidak, aku pun tidak tahu.” jawab teman Rara.
Mereka pun berjalan menuju meja perpustakaan. Teman-teman Rara hanya membicarakan tentang kejadian tadi. Rara yang sedang fokus membaca bukunya, merasa terganggu. Dan akhirnya Rara berpindah ke tempat dekat jendela besar yang sedikit jauh dari keramaian teman-temannya. Saat membaca Rara pun sebentar melihat ke jendela besar itu. Dia melihat kicauan satu burung kecil di luar yang merdu itu. Dia berpikir kenapa pada siang hari ada kicauan burung seindah itu? Apakah ini gantinya bahwa tadi pagi yang mendung itu burung tidak berkicau?. Melihat itu Rara pun menyudahi membaca dan kembali ke kelasnya untuk mengumpulkan tugas sastranya itu.
Krriinggg
HP Minho pun berdering. Tercantum nama Onew-hyung pada inbox HPnya. Minho pun membaca pesan dari Onew.
Malam Minho.
Aku, Key, Taemin, dan Jonghyun ada di taman kota.
Apa kau bisa kesini?
Kami tunggu jawabanmu.
Minho pun menjawabnya.
Oh Onew-hyung.
Ya, aku usahakan.
Aku akan datang ke sana.
Minho pun mengambil jaketnya yang tergantung pada tiang gantung di kamarnya. Minho berjalan keluar. Angin-angin kecil pun berhembus begitu dingin. Minho pun merapatkan jaketnya dan memasukkan kedua tangan kedalam saku jaketnya. Saat perjalanan Minho melewati jembatan, dimana terlihat jelas suasana malam yang begitu indah dengan taburan bintang-bintang di awan. Saat dalam perjalanan, Minho menjadi pusat perhatian oleh anak-anak remaja perempuan. Minho pun tidak menghiraukan mereka, walaupun sempat ada yang ingin mengajaknya berkenalan, Minho hanya menyapanya dan menyebutkan namanya lalu dia berjalan sampai menuju taman kota.
Minho melihat teman-temannya itu duduk di sebuah bangku di tepi pagar air mancur. Saat Minho hendak menghampiri temannya, dia melihat seseorang yang dia rasa tak asing baginya berdiri di tepi jembatan sungai buatan itu. Dimana tempat itu adalah tempat special bagi Minho. Dan dimana Minho tak bisa melupakan kenangan di tempat itu.
“Min! Min!” seru Taemin dengan lambaiannya.
Minho berbalik menghadap sumber suara dengan tatapan tajamnya yang mana Minho sedang marah dengan perkataan Taemin. Lalu Jonghyun membungkam mulut Taemin yang semenjak tadi berkata Min! Min! dengan mata terpejam. Dan pada saat itu juga Taemin membuka matanya dan langsung mengganti perkataannya menjadi Pangeran Minho!
“Teman, aku dapat kentang goreng dan es krimnya!” seru Key dari belakang Minho.
“Woi Minho! Diam saja. Ayo kesana. Kenapa kau melihat kesana?” tanya Onew yang baru menemani Key.
“Tidak. aku akan kesana.” jawab Minho.
“Oh cewek itu.” kata Key.
“Kau mengenalnya?” tanya Minho.
“Tentu, dia Rayo anak 2-1. Anaknya diam tapi pintar. Dia satu ekskul denganku.” jelas Key.
“Rayo?” heran Minho.
‘Seperti mengenalnya.’
Minho pun berjalan menuju bangku teman-temannya itu. Pembicaraan pun dimulai oleh si Taemin. Pembicaraan yang begitu aneh. Sampai membuat Jonghyun dan Key tertawa terbahak-bahak. Dan Onew pun hanya berkonsentrasi menghabiskan makanannya dan es krimnya itu. Minho hanya memperhatikan jatuhan air dari alat pancuran air.
“Aa! Aku punya ide!” seru Onew.
Taemin, Jonghyun, dan Key tersontak kaget karena Onew berkata begitu kerasnya.
“APA?!” jawab Taemin, Jonghyun, dan Key serentak.
“Kita buat sesuatu yang bisa menguntungkan kita seperti bekerja.” kata Onew.
“Untung? Apa maksudmu? Kita ini masih SMA. Belum kuliah nanti. Lalu kita ini tidak bakat dalam bidang apapun.” jelas Taemin.
“Ah! Jangan gitu dong Taemin. Semua orang pasti punya bakat. Tapi apa ya?.” kata Key.
“Aduh! Aku kira kau mau ngomong apaan. Ternyata sama-sama tidak tahunya juga.” canda Jonghyun.
Malam itu menjadi malam yang aneh bagi teman-teman Minho. Tidak biasanya teman-temannya berpikir untuk bekerja sesuatu. Kata Onew agar semua bisa mandiri dari sekarang dan lagi pula Onew berpikir saat mereka duduk di SMA pekerjaan mereka hanya berkumpul, jalan-jalan, main, pergi ke perpustakaan, dll. Dan itulah sebabnya Onew ingin melakukan sesuatu yang belum dia kerjakan.
Saat semua memutuskan untuk pulang, Minho masih tinggal di taman kota. Minho melihat teman-teman sampai keluar taman dan tak terlihat lagi. Minho kembali ke sungai buatan itu. Dia melihat perempuan itu masih di tepi jembatan itu dengan duduk jongkok menghadap air-air itu. Minho pun berpikir untuk menghampirinya. Malam itu menjadi sedikit gelap. Lama kelamaan suasana di taman itu menjadi sepi. Angin mulai berhembus semakin dingin. Minho yang tadinya merapatkan jaketnya, dia mulai menambahkannya dengan slayer tebal yang dibawanya dari rumah tadi.
“Ra?” sapa Minho kepada perempuan itu yang masih menghadap air sungai.
“Iya.” jawab Rayo membalikkan badannya.
“Hah? Kau? Rara?” kata Minho kaget dan bingung.
“Minho? Kau kira siapa? Kenapa kau disini?” balas Rara dengan beranjak dari jongkoknya tadi.
“Aku kira Rayo? Ternyata namamu ada 2 ya! Tadi kumpul dengan teman-teman. Dan aku melihatmu disini. Sungai ini teman kenanganku dengan Moo.” jelas Minho.
“Ya. Lalu siapa Moo?” tanya Rara.
“Moo itu kura-kura kecilku. Aku menaruhnya disini saat aku berumur 5 tahun. Ayahku tak mengizinkan ada hewan peliharaan dirumahnya. Karena menurutnya hewan itu perlu tempat bebas seperti halnya manusia. Jadi itu sebabnya aku menjadi tempat ini sebagai tempat kenanganku. Walaupun dia seekor kura-kura kecil, tapi bagiku dia itu special.” cerita Minho langsung duduk jongkok di tepi jembatan.
“Kura-kura kecil? Maksudmu yang itu?” kata Rara dengan menunjuk kearah kura-kura yang sedang berjalan di atas batu kecil.
“Ya. Dia Moo.” Jawab Minho dengan berdiri lagi dari jongkoknya.
“Oh.” respon Rara.
“Kau disini kenapa?” tanya Minho.
“Tempat ini jadi semangatku. Kura-kura itulah yang selama ini menjadi penyemangatku. Mungkin dia berjalan lambat, tapi dia memiliki pikiran yang hebat. Setiap malam aku kesini untuk bercerita tentang hari itu. Mungkin rasanya aneh ya kalau bicara dengan seekor kura-kura.” jelas Rara dengan tawa kecilnya.
“Tidak juga. Aku biasanya juga begitu. Seperti halnya dengan dirimu, aku juga pernah berbicara dengannya.” balas Minho.
“Jadi kau juga punya masalah?” tanya Rara
Minho pun mulai menceritakan masalahnya yang terjadi beberapa hari ini. Minho takut dengan keputusannya. Melupakan sesuatu yang buruk tak semudah seperti membalikkan tangan itulah menurut Minho. Rara yang tampak mengerti masalah Minho tak berani untuk memberi tanggapan untuknya. Rara hanya mengangguk tanda untuk mengiyakan. Tak disangka sebuah bintang jatuh melintas dari tatapan Rara. Dia pun mengajak Minho untuk mengucapkan harapan. Minho yang tadi enggan dan tak percaya terhadap bintang jatuh, akhirnya pun dia berharap juga.
‘Berharap menjadi yang lebih indah.’ harapan Minho.
‘Berharap ada sebuah keajaiban.’ harapan Rara.
“Sebaiknya kau mendaftar saja. Walaupun kau sudah gagal, tapikan itu cuman sekali. Apabila itu juga membuatmu gagal juga, cobalah lagi. Jangan pernah kamu tidak pernah mencoba ke seribu kalinya. Kesempatan itu banyak apabila kau pergunakan sebagai kebaikan. Dan aku yakin walaupun kita sudah mencobanya beberapa kali pasti salah satu dari kesempatan itu akan berhasil, walaupun itu tidak sempurna seperti yang kita inginkan.” petuah Rara.
“Memang apa yang bisa membuatmu seyakin itu?” tanya Minho.
“Negara lain.” balasnya.
“Negara lain? Maksudnya?”
“Ya. Di luar sana masih ada negara lain yang tak seburuntung negara kita. Tapi mereka tetap berusaha, walaupun kesempatan sudah habis.” pikir Rara.
Semakin lama taman itu pun menjadi sepi. Saat Rara hendak pulang, dia memberikan kalung yang dia pakai selama hidupnya. Dia yakin dan berdoa semoga Minho bisa berhasil di pertandingan itu. Tapi dia memberi catatan kepada Minho, tak semua barang yang kita percayai bisa membuat apa yang kita inginkan terkabul. Barang itu hanya sebagai efek semangat saja.
Rara pun pulang dengan sendiri. Minho masih berdiri di tepi jembatan dengan memegang kalung pemberian Rara itu. Dia merasa aneh. Kenapa Rara memberikan kalungnya kepada Minho? Kenapa dia langsung mejadi dekat dengan Minho? Padahal banyak perempuan-perempuan sana yang peduli dengannya tapi tak bisa sedekat Rara.
Hari demi hari pun berganti. Minho pun memutuskan untuk mengikuti lomba itu. Walaupun pikirannya hanya berkata bahwa dia akan gagal. Training, berlatih, training, berlatih. Itu yang dilakukannya sampai akhirnya dia lolos dari seleksi akhir.
Hari terakhir untuk berlatih. Hari dimana bagi Minho adalah hari yang membuatnya bingung setengah mati. Dia takut akan kegagal yang akan menimpa dirinya lagi. Mungkin pada saat itu teman-temannya masih memakluminya. Tetapi perasaan Minho yang tak bisa memakluminya. Minho pun berusaha untuk bisa memenangkan lomba ini walaupun saingannya begitu kuat.
Kkkkrriiinnggg..
Malam hari, HP Minho pun berdering.
Minho..
Berjuanglah. Semoga kau berhasil
Fighting. (Onew-hyung)
Minnn..
Heheh jangan marah ya.
Aku hanya ingin mengucapkan padamu.
Semoga kau bisa menghadapi pertandingan besok.
Fighting. (Taemin)
Kau tahu.
Apabila kau menang akanku beri hadiah.
Apabila kau kalah akanku beri hadiah juga.
(Key)
Nee..
Jangan terlalu serius dan jangan terlalu santai.
Jangan pikir yang bukan-bukan dulu.
Pikir positif selalu.
Pikir kalau kau akan menang.
(Jonghyun)
Minho pun berjuang dan semangat karena teman-temannya itu. Mungkin ini rasanya aneh, tapi dia ingin membuat teman-temannya itu bangga olehnya. Dia masih ingat perkataan Rara tempo hari. Mungkin itu ada benarnya juga.
Malam harinya Minho pun sekuat tenaga berlatih di lapangan belakang rumahnya. Dia pun mulai melihat bintang-bintang. Begitu jelas dan indah. Minho pun mulai berpikir.
‘Semoga aku bisa memberi yang terbaik’
“Horeee….. Minhooo…!!!” sorak penonton dari kursi-kursinya.
“Minho! Berjuanglah.” kata Onew dengan menepuk bahu Minho.
“Kau pasti berhasil.” Taemin menyemangatkan.
“Terima kasih.” jawab Minho dengan menghela nafas.
Kkkrriiinggg
HP Minho berdering.
Aku akan melihatmu.
Rara.
Pertandingan pun dimulai. Pertama mungkin score masih 2 untuk lawan dan 1 untuk grup Minho. Tapi itu tak membuat Minho menyerah begitu saja. Dia harus berjuang untuk teman-temannya dan sekolahnya. Tak ingin menyerah. Tak ingin putus asa. Terus berusaha dengan semua tenaganya. Tak ingin hujan membasahi dirinya lagi. Ingin dia menjadi pelangi. Berbagi keindahan dengan orang lain. Walaupun hanya sebentar saja. Menyinari dengan warna indahnya dilangit.
Waktu tinggal 3 menit lagi. Score sama 2-2. Minho pun berlari menuju ring lawan. ‘Semoga aku bisa.’
“Mmmiinnhhhooo..!!” sorak penonton.
‘Kau akan berhasil Minho.’ kata Rara dalam hati.
“Hhhoorreeeee!!” sorak penonton kegirangan atas tercetaknya 1 angka dari Minho.
Semua pun turun dari kursi penonton dan memberi selamat kepada grup Minho. Dan akhirnya Minho pun percaya adanya pelangi itu. Pelangi itu datang menghampirinya. Keajaiban yang begitu luar biasa bagi Minho. Seperti mimpi. Minho pun memberi nama pelangi itu ‘Niagara’s Rainbow’. Pelangi yang tidak akan pernah pudar. Dan selalu akan membuat orang-orang menyukainya. Indah sepanjang masa.
“Selamat Minho.” ucap teman-temannya.
“Terima kasih.” jawabnya dengan penuh rasa bangga.
“Kau tahu. Aku yakin itu.” kata Rara dari kejauhan.
“Rara? Terima kasih. Ini berkatmu. Ini kalungmu.” kata Minho dengan memberikan kalung kepada Rara.
“Kau tahu apa yang kupikirkan sekarang?” tanya Onew memotong.
“Apa?” respon Key dan Jonghyun.
“Kita buat BoyBand. Dengan nama shinee. S untuk fanS. H untuk minHo. I untuk taemIn. N untuk joNghyun. E untuk kEy. Dan E lagi untukku onEw.” jawab Onew.
“HAH?! APA?!” respon teman-temannya.
Dan hari itulah Minho menganggapnya sebagai hari special untuknya karena dia bisa membuat semua orang bangga untuknya. Hujan pun berhenti. Pelangi pun datang. Akan tetapi pelangi itu tidaklah pelangi biasa. Pelangi yang Minho inginkan adalah pelangi Niagara.
Dan satu respon dari Taemin.
“Aku setuju itu.”
-The End-
:. NB : makasi udah baca (´⌣`ʃƪ)
gomen klo jelek!!
gomen juga klo bnyak tulisan yg salah!!
gomen lagi klo rada aneh..!!! ( ̄ー ̄)ノシ
gomen klo jelek!!
gomen juga klo bnyak tulisan yg salah!!
gomen lagi klo rada aneh..!!! ( ̄ー ̄)ノシ
1 Comment to ":. FF 3th anniversary SHINee"